Religion and the Ballot Box: A Panel Analysis of Political Engagement in Post-Communist Poland
Judul Artikel : Religiosity and political participation — Panel data evidence from post-communist Poland
Peneliti : Przemysław J. Kurek dan Jan Fałkowski
Tahun Terbit : 2022
Jurnal : European Journal of Political Economy
Diulas oleh Gracena Sesilia Marde Fitria
Latar Belakang
Religiositas sering dianggap sebagai pendorong penting dalam berbagai perilaku individu dan kelompok, termasuk partisipasi politik, khususnya dalam pemilihan umum. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kehadiran di gereja dan partisipasi dalam pemilu (lihat Smith and Walker, 2013; Ammann, 2015; Gerber et al., 2016; Moutselos, 2020). Individu yang rajin beribadah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam pemilihan umum dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif dalam praktik keagamaan atau hanya berpartisipasi dalam acara keagamaan sesekali. Namun, kebanyakan dari penelitian sebelumnya ini hanya berdasarkan variasi antar individu pada satu waktu tertentu (cross sectional variation), sehingga menghadapi masalah-masalah dalam analisis statistik yang terkait dengan kesalahan pengukuran (measurement error) dan variabel yang tidak diukur dengan baik (omitted variable bias). Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mengatasi permasalahan tersebut dan meneliti hubungan sebab-akibat antara religiusitas dan partisipasi politik dengan menggunakan data panel dan analisis variasi antar wilayah di Polandia.
Polandia dipilih sebagai lokasi penelitian karena mayoritas penduduknya adalah Katolik Roma (sekitar 96%). Secara alamiah, hal ini memberikan peluang yang baik untuk memahami pengaruh agama terhadap partisipasi politik secara keseluruhan tanpa campur tangan dari agama-agama atau denominasi lain yang mungkin memiliki dampak yang berbeda. Peneliti ini juga menyebutkan beberapa alasan mengapa orang Polandia beragama (dalam hal ini adalah mereka yang rajin pergi ke gereja) mungkin lebih cenderung berpartisipasi dalam pemilu. Pertama, selama masa pemerintahan Komunis sebelumnya, Gereja Katolik memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menyuarakan penentangan terhadap rezim Komunis dan menyediakan dukungan untuk perlawanan terhadap penindasan. Hal ini mungkin menyebabkan orang lebih cenderung untuk ikut serta dalam pemilihan jika aktivitas politik mereka terkait dengan Gereja. Alasan kedua adalah ajaran Gereja Katolik yang menekankan pentingnya partisipasi aktif warga negara dalam kehidupan sosial dan politik. Gereja secara aktif mendorong umatnya untuk berpartisipasi dalam pemilu sebagai tanggung jawab warga negara demi kesejahteraan bersama. Alasan ketiga dan keempat terkait dengan fakta bahwa kehadiran di gereja dan partisipasi dalam pemilu sering terjadi pada hari yang sama. Gereja mungkin mendorong umatnya untuk berpartisipasi dalam pemilu, dan sebaliknya, pergi ke gereja pada hari pemilu akan mengurangi biaya tambahan untuk ikut serta dalam pemilihan.
Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berasal dari berbagai sumber. Pertama, data tingkat keterlibatan dan komitmen seseorang terhadap agama Katolik yang terdiri dari dua indikator yaitu yaitu persentase orang yang menghadiri Misa (Dominicantes) dan persentase orang yang berpartisipasi dalam Komuni Kudus (Communicantes). Data ini dikumpulkan oleh Institute for Catholic Church Statistics (ISKK) di Polandia. Kedua, data pemilu yaitu data mengenai partisipasi pemilih dalam pemilihan umum (parliamentary elections) serta pemilihan presiden (presidential elections) yang didapat dari Central Electoral Commission di Polandia. Terakhir, data sosial-ekonomi yang meliputi demografi dan ekonomi, berasal dari Local Data Bank of Statistics Poland (GUS).
Metodologi
Ada dua model yang digunakan dalam penelitian ini. Model pertama adalah panel data dengan time-fixed effect (𝜃𝑡) saja sedangkan model kedua adalah panel data yang memuat time dan municipality fixed effects (𝜃𝑡 dan 𝜙𝑖) untuk mengurangi measurement error.
Turnoutit=𝛼 + t + 𝛾 𝑅𝑒𝑙𝑖𝑔𝑖𝑜𝑠𝑖𝑡yit +Xit 𝛽 + it (1)
Turnoutit=𝛼 + t +i+ 𝛾 𝑅𝑒𝑙𝑖𝑔𝑖𝑜𝑠𝑖𝑡yit +Xit 𝛽 + it (2)
dimana Turnoutit menggambarkan tingkat partisipasi pemilih di wilayah i dan pada waktu t tertentu, tergantung pada jenis pemilihan yang diteliti, apakah itu pemilihan parlemen atau pemilihan presiden. 𝑅𝑒𝑙𝑖𝑔𝑖𝑜𝑠𝑖𝑡yit adalah variabel kunci yang menjadi fokus utama penelitian ini dan mengacu pada tingkat partisipasi agama di wilayah tersebut, tergantung pada jenis analisis yang digunakan, bisa mengukur persentase orang yang menghadiri Misa atau yang mengikuti Komuni Kudus. Xit adalah vektor dari kontrol tambahan, dan t dan i adalah efek tetap untuk waktu dan wilayah, yang membantu memperhitungkan variasi yang tidak dijelaskan oleh variabel lain. it adalah istilah error yang mencakup faktor-faktor lain yang tidak dipertimbangkan dalam analisis. Dengan menggunakan variabel-variabel ini, penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi hubungan antara partisipasi agama dan partisipasi politik di Polandia dan melihat bagaimana faktor-faktor lain yang tidak diamati dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Hasil
Tabel-tabel diatas menampilkan hasil dasar yang terkait dengan ukuran Communicantes dan Dominicantes tentang keagamaan. Tabel 1 dan 3 menyajikan temuan tentang pemilihan parlemen, sementara Tabel 2 dan 4 berfokus pada pemilihan presiden. Hasil ini dianalisis menggunakan berbagai model dengan kontrol yang berbeda. Kolom (1) hanya memasukkan ukuran keagamaan sambil mengontrol efek tetap waktu. Kolom (2) juga mengontrol efek tetap wilayah. Kolom (3) hingga (4) mirip dengan yang ditunjukkan di kolom (1) hingga (2) tetapi juga mengontrol interaksi antara efek tetap waktu dan wilayah. Terakhir, kolom (5) hingga (6) memasukkan variabel kontrol (yaitu destinasi wisata, jenis munisipalitas, dan dukungan untuk partai minoritas Jerman). Hasilnya menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara statistik antara kehadiran di gereja dan partisipasi pemilih. Hubungan ini konsisten pada berbagai jenis pemilihan dan model yang telah dirancang untuk ukuran Dominicantes sedangkan pada Communicantes tabel A2 kolom (2) tidak signifikan secara statistik.
Selanjutnya adalah pengujian dan validasi hasil sebelumnya tentang hubungan antara kehadiran di gereja dan partisipasi pemilih, yang ditunjukkan dalam Tabel A3, A4, 5, dan Tabel 6. Kolom (1) hingga (2) memeriksa apakah hasil sebelumnya berubah setelah mengontrol faktor-faktor demografis (misalnya, jumlah wanita dalam populasi total dan jumlah orang dalam kelompok usia yang berbeda). Kolom (3) hingga (4) mempertimbangkan perbedaan ekonomi antara munisipalitas. Sementara itu, di kolom (5) hingga (6), tingkat keterlibatan sosial dipertimbangkan. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan positif antara keagamaan baik pada ukuran Communicantes dan Dominicantes terhadap partisipasi politik tetap kuat bahkan setelah mengontrol faktor-faktor ini. Koefisien variabel keagamaan adalah signifikan secara statistik dan konsisten dengan temuan sebelumnya.
Kesimpulan
Telah banyak perdebatan mengenai potensi dampak kehadiran di gereja terhadap partisipasi dalam pemilihan. Meskipun mayoritas penelitian menunjukkan efek positif, sebagian besar dari literatur yang ada berdasarkan analisis cross-sectional yang memicu measurement error. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengatasi sebagian dari masalah-masalah tersebut. Dengan menggunakan data tentang kehadiran di gereja dan partisipasi dalam pemilihan di Polandia, peneliti menguji hubungan antara keduanya dengan menggunakan teknik panel-data. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kehadiran di gereja memiliki dampak positif terhadap partisipasi dalam pemilihan dan temuan ini konsisten terhadap pengendalian berbagai faktor tetap dan variabel kontrol yang berubah seiring waktu.
Diskusi
Penelitian ini secara langsung membuktikan adanya kausalitas antara kehadiran di gereja dan partisipasi dalam pemilihan. Penelitian ini menemukan hubungan positif antara kehadiran di gereja dan partisipasi dalam pemilihan, namun peneliti juga menyadari kemungkinan adanya bias dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil. Peneliti menyebutkan bahwa ada argumen yang mendukung bahwa dampak sebenarnya dari kehadiran di gereja pada partisipasi politik mungkin lebih tinggi daripada estimasi awal, karena kemungkinan adanya underestimate dampak keagamaan akibat kesalahan pengukuran pada variabel keagamaan. Bisa jadi kehadiran di gereja mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat keterikatan yang lebih mendalam dengan Gereja atau religiositas suatu agama.
Penelitian ini juga mengakui kemungkinan adanya reverse causality, yaitu keterlibatan politik yang dapat memengaruhi tingkat keagamaan seseorang. Untuk mengidentifikasi adanya reverse causality secara pasti, diperlukan penelitian lanjutan dengan desain penelitian yang lebih cermat dan kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan bias. Penelitian ini lebih bersifat deskriptif dan eksploratif, dan hanya memberikan gambaran awal tentang hubungan antara kehadiran di gereja dan partisipasi politik di Polandia.