Stairway to Freedom: Is democracy Good for Growth?

KANOPI FEB UI
8 min readAug 24, 2023

--

sumber. dokpri

Judul Artikel : Is democracy good for growth? — Development at political transition time matters

Penulis : Di Sima, Fali Huang

Tahun Terbit : 2021

Jurnal : European Journal of Political Economy

Diulas oleh Ruiza Rhavenala Rahman

Latar belakang

Debat teoretis mengenai apakah demokrasi meningkatkan atau menghambat pertumbuhan ekonomi telah sangat luas. Selain itu, juga terdapat kontroversi substansial secara empiris. Sebagai contoh, Doucouliagos dan Ulubasoglu (2008) menemukan bahwa sebagian besar dampak demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang diestimasi tidak positif secara signifikan. Dalam artikel ini, Sima dan Huang (2021) memiliki hipotesis bahwa negara-negara yang memulai proses demokratisasi sambil memiliki perkembangan yang memadai cenderung lebih mampu menciptakan dan mempertahankan institusi yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kondisi awal dalam hal perkembangan ekonomi menjadi krusial bagi negara-negara untuk mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat setelah demokratisasi. Negara-negara dapat dibagi menjadi dua kelompok: Demokrasi dengan perkembangan ekonomi yang memadai pada saat transisi (diberi label “Strong Democracy”) tumbuh lebih cepat daripada sebelumnya, sementara kelompok lainnya, yaitu demokrasi dengan perkembangan ekonomi yang lemah pada saat transisi (diberi label “Weak Democracy”) tidak. Perlu dicatat bahwa label “Demokrasi Kuat vs Demokrasi Lemah” ini menunjukkan kekuatan perkembangan awal selama periode demokratisasi. Secara singkat, Demokrasi Kuat baik untuk pertumbuhan ekonomi, sedangkan Demokrasi Lemah tidak.

Artikel ini memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai efek beragam dari demokratisasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Indeks-demokrasi khas seperti Polity atau Freedom House Score menangkap karakteristik utama dari demokrasi pemilihan, tetapi tidak mencerminkan performa dalam pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan awal yang memadai tercapai saat demokratisasi adalah cara yang sederhana dan efektif untuk memprediksi pertumbuhan di masa depan. Kategorisasi Demokrasi Kuat versus Demokrasi Lemah ini lebih efektif dalam menangkap efek beragam dari demokrasi terhadap pertumbuhan daripada konsep terkait yaitu Demokrasi Parsial, yang didefinisikan sebagai negara mana pun dengan skor Polity antara 1 dan 7 dan mencakup sebagian besar kasus demokratisasi setelah tahun 1960 (Epstein et al., 2006; Papaioannou dan Siourounis, 2008b). Oleh karena Demokrasi Lemah membentuk hampir setengah dari kelompok Demokrasi Parsial, berarti sejumlah negara mengalami stagnasi pertumbuhan dibandingkan dengan rezim otoriter, dan oleh karena itu memerlukan penelitian mendalam tentang situasi-situasi khusus mereka.

Data dan Metodologi
Penelitian formal terhadap hipotesis ini dilakukan pada sampel 153 negara selama periode 1960–2010 menggunakan estimator dalam model pertumbuhan dinamis. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data panel tahunan dari berbagai sumber. Indeks demokrasi dichotomous 𝐷𝑒𝑚𝑜𝑐𝑟𝑎𝑐𝑦 𝑖𝑡 (1 untuk demokrasi dan 0 untuk otoriter) diambil dari penelitian Acemoglu et al. (2019) yang mengklasifikasikan sebuah negara sebagai demokratis jika Freedom House mengodekannya sebagai “Bebas” atau “Sebagian Bebas” dan Polity IV memberikan nilai positif. Transisi politik dari pemerintahan otoriter ke demokrasi terjadi ketika indikator tahunan suatu negara berubah dari 0 menjadi angka 1, ditandai dengan tahun transisi t0. Namun, untuk mengurangi gangguan fluktuasi perubahan rezim, peneliti memodifikasi data yang diambil dengan menggabungkan kondisi hasil dari lima tahun terdekat sebelum dan setelah transisi t0

Ada dua subkelompok demokrasi, yaitu demokrasi kuat dan demokrasi lemah, yang ditandai oleh variabel dummy DStrongit dan Dweakit masing-masing. Subkelompok ini dikategorikan berdasarkan kondisi perkembangan mereka pada saat transisi t0, Developmenti,t0, (memadai atau tidak).

Threshold digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan ekonomi yang memadai. Jika sebuah negara memiliki tingkat perkembangan ekonomi di bawah threshold, sistem demokrasi di negara tersebut cenderung tidak berdampak positif terhadap pertumbuhan. Dengan kata lain, threshold dapat mengidentifikasi apakah demokrasi bisa berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Penting untuk menetapkan ini dengan cermat untuk memudahkan pemahaman hubungan antara demokrasi dan pertumbuhan ekonomi.

  • Demokrasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Efek dari Demokrasi Kuat dan Demokrasi Lemah terhadap pertumbuhan PDB diestimasi menggunakan model pertumbuhan dinamis berikut dengan fixed effect negara dan waktu.

Variabel dependen penelitian kali ini adalah rata-rata pertumbuhan PDB per kapita di sebuah negara i pada tahun t yang dinotasikan git dan didefinisikan sebagaigit=100*(yit-yit-1) dengan y sebagai logaritma natural dari PDB per kapita. 𝐷𝑆𝑡𝑟𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡 dan 𝐷𝑊𝑒𝑎𝑘𝑖𝑡 adalah variabel penanda yang telah didefinisikan sebelumnya yang menunjukkan Demokrasi Kuat dan Demokrasi Lemah, secara berturut-turut. Untuk menangkap efek marginal bersyarat yang tidak linear, kategori diskret lebih baik daripada menggunakan istilah interaksi multiplikatif seperti 𝐷𝑒𝑚𝑜𝑐𝑟𝑎𝑐𝑦𝑖,𝑡 ∗ 𝐷𝑒𝑣𝑒𝑙𝑜𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡𝑖,𝑡0, yang memberlakukan efek interaksi linear yang berubah pada tingkat yang konstan dengan moderator (Hainmueller et al., 2019).

Variabel yit-4 merupakan variabel yang menangkap pertumbuhan PDB dari 4 periode sebelumnya. Pengaruh dari karakteristik negara tertentu yang tidak berubah seiring waktu, seperti lokasi geografis, sejarah, atau budaya, diserap oleh variabel dummy negara lambda i, sementara tren global pertumbuhan PDB ditangkap oleh variabel dummy tahun delta t. Istilah sisa epsilon itmerupakan error yaitu gangguan tak teramati lainnya yang berubah seiring waktu pada pertumbuhan PDB. Gangguan-gangguan ini diasumsikan bersifat ortogonal (tidak berhubungan) dengan tipe demokrasi.

  • Demokrasi dengan Institusi

Kualitas institusi sangat memengaruhi perkembangan dan pembangunan pada masa transisi politik. Kualitas institusi sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan menjadi salah satu saluran utama dalam menentukan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi terutama pada tahun transisi politik. Penelitian ini diteliti dalam model panel dinamis yang membahas apakah kualitas institusi yang ditunjukkan oleh mit, dipengaruhi dengan cara yang berbeda oleh Demokrasi Kuat dan Demokrasi Lemah.

Untuk memahami cara perubahan variabel institusi dari waktu ke waktu, peneliti mengendalikan empat institusi masa lalu tersebut serta GDP masa lalu, juga faktor-faktor khusus negara dan waktu.

  • Institusi dengan pertumbuhan

Untuk memahami lebih jelas terkait pengaruh sebuah institusi terhadap pertumbuhan ekonomi di antara demokrasi kuat dan demokrasi lemah, peneliti melakukan model estimasi dengan memasukkan kualitas institusi saat ini (mit) kedalam fungsi sebagai variabel independen.

Hasil Peneltian

  1. Efek Demokrasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Masa Transisi
Tabel 1

Tabel di atas menunjukkan persamaan efek demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan PDB per kapita sebagai indikator pembangunan. Pada kolom ke-3 merupakan persentil ke-25 (p25) yang digunakan sebagai ambang batas acuan (threshold) untuk robustness check, hasil-hasil ini dengan jelas menunjukkan bahwa jika Produk Domestik Bruto (GDP) awal terlalu rendah, demokratisasi itu sendiri tidak baik untuk pertumbuhan. Pada kolom ke-3 diperoleh hasil koefisien perkiraan Demokrasi Kuat adalah 1.394 dan signifikan secara statistik pada tingkat 1%, sedangkan yang dari Demokrasi Lemah, 0.048, jauh lebih kecil dan tidak signifikan. Dari kolom 1 hingga kolom 6, terlihat jelas bahwa jika PDB awal sangat rendah, demokratisasi itu sendiri tidak baik untuk pertumbuhan ekonomi.

2. Kualitas Institusi dengan Demokrasi

Tabel 2

Pada kolom pertama, economic freedom merupakan suatu pengukuran yang mencakup kebebasan dalam berusaha, efisien regulasi, hak milik, dan akses mata uang yang stabil (Krieger dan Meierrieks, 2016; Kotschy dan Sunde, 2017). Kolom ini menunjukkan bahwa demokrasi kuat berpengaruh positif secara signifikan terhadap Economic Freedom, sedangkan demokrasi lemah tidak. Pola ini diulang pada dua kolom berikutnya (Political Corruption dan Transparency). Dua kolom terakhir yang mengukur ketidakstabilan masyarakat secara keseluruhan. Keresahan Sosial (Acemoglu et al., 2019) adalah variabel dummy dengan angka 1 berarti terdapat keresahan sosial pada tahun tersebut dan 0 jika tidak ada. Indeks Kekerasan mengukur jumlah pembunuhan, revolusi, dan perang.

Pada kolom 4 ditemukan bahwa demokrasi Lemah secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan Pemerintahan Otoriter. Di sisi lain, pada kolom 5 tidak terdapat perbedaan pada demokrasi kuat dan demokrasi lemah. Salah satu fungsi penting dari demokrasi adalah menyelesaikan konflik antar kelompok. Bila terlalu banyak ketidakstabilan yang disebabkan oleh konflik, berarti terdapat rezim politik yang kurang efektif. Beberapa variabel digunakan untuk mengukur ketidakstabilan mengikuti Aisen dan Veiga (2013). Indeks Ketidakstabilan rezim mencerminkan frekuensi perubahan konstitusi, kudeta, perubahan kabinet, perubahan eksekutif, dan krisis rezim. Kolom 6 menunjukkan bahwa negara dengan demokrasi kuat cenderung lebih rendah dibanding dengan demokrasi lemah. Kestabilan rezim diukur melalui jumlah pemilihan legislatif, indeks fragmentasi, dan krisis pemerintahan yang ditujukan untuk kolom 7. Kolom 7 menunjukkan bahwa negara dengan demokrasi kuat secara signifikan lebih rendah jika dibandingkan dengan demokrasi lemah meskipun keduanya sama-sama lebih rendah.

Pembahasan ini menunjukkan hasil yang sangat jelas bahwa kualitas institusi ekonomi, politik, hukum, dan penyelesain konflik jauh lebih tinggi dalam demokrasi kuat. Pembahasan ini mengonfirmasi bahwa kondisi perkembangan ekonomi selama periode transisi memiliki dampak signifikan pada kualitas institusi dalam banyak tahun setelah demokratisasi. Secara khusus, perkembangan yang lemah pada waktu transisi politik mengindikasikan bahwa massa belum memiliki kekuatan de facto yang cukup untuk menjaga dan menggunakan kekuasaan de jure yang dijanjikan oleh demokrasi baru, dan akibatnya, institusi yang baru dibentuk tidak mungkin memfasilitasi kepentingan mereka melalui pertumbuhan ekonomi yang kuat.

3. Demokrasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 3

Setelah memasukan variabel economic freedom ke dalam fungsi, hasil menunjukkan pada kolom 1 efek pertumbuhan dalam demokrasi kuat menurun menjadi 0,626 (dari 1,394 pada tabel 1). Meskipun indeks korupsi politik pada kolom 4 tidak signifikan, indeks transparansi, variabel alternatif kualitas administrasi, besar dan signifikan. Variabel ketidakstabilan sosial menunjukkan efek negatif signifikan terhadap pertumbuhan. Ketika semua variabel institusi dikendalikan secara bersamaan di kolom terakhir, ukuran sampel berkurang hampir separuh (tinggal 76 negara), dan oleh karena itu hasilnya harus diinterpretasikan dengan hati-hati meskipun hasil ini menunjukkan bahwa kebebasan ekonomi dan ketidakstabilan sosial mungkin adalah saluran institusi kunci yang mempengaruhi pertumbuhan. Hasil ini konsisten dengan teori tentang persistensi elite dalam Acemoglu dan Robinson (2008) dan ketidakstabilan politik dalam Cervellati et al. (2008).

Kesimpulan

Untuk menjawab pertanyaan apakah demokrasi lebih baik dari otoriter sangat bergantung pada perkembangan ekonomi selama periode transisi demokratisasi ketika dasar institusi demokrasi diletakkan Negara-negara yang sudah memiliki struktur ekonomi yang memadai untuk demokrasi (disebut demokrasi kuat dalam artikel ini) tumbuh lebih cepat setelah demokratisasi dibandingkan dengan otoriter, sementara yang lain yang belum siap (disebut demokrasi lemah) tidak melakukannya. Dalam analisis lainnya yaitu kualitas institusi menunjukkan bahwa negara dengan demokrasi lemah tidak transparan dalam operasi pemerintahan, lebih lemah dalam infrastruktur hukum, dan lebih tinggi dalam korupsi politik dan ketidakstabilan sosial dibandingkan dengan demokrasi kuat. Dari kualitas institusi yang lebih rendah dalam demokrasi lemah cenderung mengalami perkembangan ekonomi yang kurang baik dalam masa transisi politik ketika mereka berubah menjadi demokrasi. Dengan kata lain, keadaan ekonomi negara saat beralih ke demokrasi dapat berdampak signifikan pada kualitas institusi dan pertumbuhan ekonomi di kemudian hari.

Hasil ini konsisten dengan teori modernisasi dan teori institusi baru yang menjelaskan bahwa ekonomi memengaruhi kualitas institusi dan memiliki efek substansial pada pertumbuhan ekonomi di masa depan. Periode transisi sangat penting karena institusi-institusi baru dibentuk, struktur ekonomi keseluruhan meninggalkan bekas yang berlangsung lama pada kualitas institusi.

--

--

No responses yet